Anew Sunday 8:30 Service – Testimony on 8 June 2025 By Sister Sophia (吳泳珊姊妹)
(English)
Hello everyone, I am Sophia, in the tribe of Samuel & Cherry and the member of Joann & Ah-Chung.
I grew up in a family that worships idols. Whatever idols people say are good, I would go to worship them, even traveling abroad for it. I learned about BaZi and Feng Shui (Chinese superstition), viewing them as mere statistics. I would analyze my fortune for the year, and if it looked bad, I would get my teeth cleaned or donate blood, doing these things to avoid misfortune and keep everything under my control.
During my first pregnancy, I hoped my baby would become someone great, so I chose an auspicious day for a C-section and consulted a fortune teller to name my baby. Unexpectedly, at 34 weeks on a stormy night, I went into labor at 3 AM. I called the private doctor I had booked, but no one answered. I then tried to get a taxi to the private hospital but waited a long time without any cars. In the end, I called an ambulance to the nearest public hospital, and that night, my son was born in a chaotic and urgent situation (the baby had breathing tubes). He weighed only 4 pounds and needed many tubes to breathe.
At that time, I didn’t understand why this happened. I had calculated everything, but it all went wrong.
After realizing that fate was no longer in my control, I felt confused. The fortune teller had told me I was destined to succeed in business, so I boldly quit my job to pursue more flexible work and investments. In the end, I lost all my savings and fell into debt of tens of thousands. Everything was out of control, and I began to doubt my beliefs. I started to worry about how to move forward, feeling that everything was beyond my control and lacking security.
In 2016, a friend brought me to 611, where I learned the truth and about God through worship service and equipping courses. I was nurtured, built up, and healed in my cell group, and later enrolled in evening classes (serving). I actively participated in the church and learned to pray about everything and rely on God instead of myself.
In 2017, when I was pregnant with my daughter, the doctor warned me of a high chance of premature/preterm birth. Despite my immense worry and financial pressure, I chose to pray. At 36 weeks, I experienced bleeding and was hospitalized. My small group and sisters prayed for me until I could wait until 38 weeks for delivery, which happened to be my husband’s birthday. I thank the Lord for allowing me to experience a miracle and for understanding that all things and time are in God’s hands.
When my daughter was two years old, she couldn’t speak and was diagnosed with developmental delays or autism spectrum disorder in K1. At that time, I applied for the school’s SEN support plan, which typically required a year of waiting. I chose to rely on God, and I thank the Lord that after a month of prayer, I secured a place. The fees for SEN support courses for children can cost thousands each month, but God is amazing; in the end, she studied for three years without paying a cent.
My daughter was also placed in a loving primary school with plenty of SEN support, and this year she was selected for the school choir. (Church photo + children’s photo) She now enjoys attending children’s church, her social skills are fully developed, and she is very good at looking after other children. Her progress has far exceeded my expectations, thank you, Lord!
In 2023, my son was bitten by our pet hamster, and he developed a severe allergic reaction. At that moment, God told me to go to Kwong Wah Hospital, but rationally, the St Teresa hospital was closer to home. However, upon arriving at the French hospital, they refused to take emergency cases and directed us to another hospital. In the end, we returned to Kwong Wah Hospital, and throughout the journey, all the traffic lights were green. By the time we arrived at the hospital, my son had gone into shock, and the medical staff immediately began emergency treatment. They told me that if we had been any later, my son would have been in life-threatening danger. I am very grateful that my small group and the children’s church prayed for our family. This allowed us to have peace in our hearts during such a terrifying experience.
I am very grateful to have come to 611 and known God. I appreciate the nurturing from our group leader and the companionship of spiritual family. Whenever I have needs, we pray together, and I feel very supported and loved.
In the past, I worshiped many idols but was still trapped in difficulties and lacked peace. However, since I began following God, I have experienced His saving hand in every crisis. These experiences have assured me that my entire life’s path is in God’s hands, so I choose to follow Him, wishing all glory and praise be given to my heavenly Father who loves me.
(Indonesian)
Halo semuanya, saya Sophia, dari suku Samuel & Cherry, dan anggota dari Joann & Ah-chung.
Saya dibesarkan dalam keluarga yang menyembah berhala. Apa pun berhala yang orang katakan baik, saya akan pergi menyembahnya, bahkan sampai ke luar negeri. Saya belajar tentang ramalan dan Feng Shui, menganggapnya hanya sebagai statistik belaka. Saya akan menganalisis keberuntungan saya setiap tahun, dan jika hasilnya buruk, saya akan membersihkan gigi atau mendonorkan darah—melakukan hal-hal ini untuk menghindari malapetaka dan menjaga semuanya tetap di bawah kendali saya.
Saat kehamilan pertama saya, saya berharap bayi saya nanti akan menjadi orang hebat, jadi saya memilih hari yang baik untuk melakukan operasi caesar dan berkonsultasi dengan peramal untuk memberi nama bayi saya. Tanpa diduga, pada usia 34 minggu, di malam yang badai, Saya mulai merasakan kontraksi pada pukul 3 pagi. Saya menghubungi dokter pribadi yang sudah saya pesan, tetapi tidak ada yang menjawab. Saya kemudian mencoba naik taksi ke rumah sakit swasta, tetapi menunggu lama tanpa ada kendaraan. Akhirnya, saya menelepon ambulan ke rumah sakit umum terdekat, dan malam itu, anak saya lahir dalam situasi yang kacau dan darurat (bayinya dipasangi selang pernapasan). Beratnya hanya 4 pon dan membutuhkan banyak selang untuk bernapas.
Pada waktu itu, saya tidak mengerti mengapa hal ini terjadi. Saya telah menghitung semuanya, tetapi semuanya berjalan tidak sesuai harapan.
Setelah menyadari bahwa takdir tidak lagi dalam kendali saya, saya merasa bingung. Peramal mengatakan bahwa saya ditakdirkan sukses dalam bisnis, jadi saya berani berhenti dari pekerjaan dan mengejar pekerjaan yang lebih fleksibel serta investasi. Namun, akhirnya saya kehilangan semua tabungan dan terjerat hutang puluhan ribu. Segalanya di luar kendali saya, dan saya mulai meragukan kepercayaan saya. Saya mulai khawatir tentang masa depan, merasa bahwa semuanya di luar kendali dan tidak aman.
Pada tahun 2016, seorang teman mengajak saya ke 611, di mana saya belajar tentang kebenaran dan tentang Tuhan melalui kebaktian ibadah dan kursus perlengkapan diri. Saya dibina, dibangun, dan disembuhkan dalam kelompok sel saya, dan kemudian saya mendaftar kelas malam sambil melayani. Saya berpartisipasi aktif di gereja dan belajar berdoa tentang segala hal dan mengandalkan Tuhan , bukan diriku sendiri.
Pada tahun 2017, saat saya hamil anak perempuan saya, dokter memperingatkan bahwa ada kemungkinan besar dia akan lahir prematur. Meski khawatir dan terbebani secara finansial, saya memutuskan untuk berdoa. Pada usia 36 minggu, saya mengalami perdarahan dan dirawat di rumah sakit. Kelompok sel dan saudara-saudara saya berdoa supaya saya bisa menunggu sampai 38 minggu untuk melahirkan, dan itu kebetulan hari ulang tahun suami saya. Saya bersyukur Tuhan memperlihatkan mujizat dan mengingatkan bahwa segala sesuatu dan waktu berada di tangan Tuhan.
Ketika anak saya berusia dua tahun, dia tidak bisa bicara dan didiagnosis mengalami keterlambatan perkembangan atau gangguan spektrum autisme di K1. Saat itu, saya mengajukan permohonan program dukungan SEN di sekolah, yang biasanya membutuhkan waktu satu tahun. Saya memilih bergantung kepada Tuhan, dan saya bersyukur bahwa setelah sebulan berdoa, saya mendapatkan tempat. Biaya kursus dukungan SEN bisa mencapai ribuan setiap bulan, tetapi Tuhan luar biasa; akhirnya, dia belajar selama tiga tahun tanpa membayar sepeser pun.
Anak saya juga ditempatkan di sekolah dasar yang penuh kasih dan banyak mendapatkan dukungan SEN, dan tahun ini dia terpilih masuk paduan suara sekolah. (Foto gereja + foto anak-anak) Sekarang dia senang mengikuti kegiatan di gereja anak-anak, kemampuan sosialnya sudah berkembang sepenuhnya, dan dia sangat baik merawat anak-anak lain. Perkembangannya jauh melebihi harapan saya—terima kasih, Tuhan!
Pada tahun 2023, anak saya digigit hamster peliharaan kami dan mengalami reaksi alergi parah. Saat itu, Tuhan memberitahu saya untuk pergi ke Rumah Sakit Kwong Wah, tetapi secara rasional, rumah sakit St. Teresa lebih dekat. Namun, saat tiba di rumah sakit St. Teresa, mereka menolak menangani kasus darurat dan mengarahkan kami ke rumah sakit lain. Akhirnya, kami kembali ke Rumah Sakit Kwong Wah, dan selama perjalanan, semua lampu lalu lintas berwarna hijau. Sampai di rumah sakit, anak saya masuk syok dan langsung mendapatkan pertolongan darurat. Mereka mengatakan kalau kami terlambat sedikit saja, nyawa anak saya akan terancam. Saya sangat bersyukur bahwa kelompok sel dan gereja anak-anak berdoa untuk keluarga kami, ini membuat kami merasa damai di hati selama pengalaman yang mengerikan tersebut.
Saya sangat bersyukur bisa datang ke 611 dan mengenal Tuhan. Saya menghargai
pembinaan dari pemimpin kelompok dan kebersamaan keluarga rohani. Setiap kali saya membutuhkan sesuatu, kami berdoa bersama, dan saya merasa sangat didukung dan dikasihi.
Dulu, saya menyembah banyak berhala tetapi tetap terjebak dalam kesulitan dan tidak damai. Tetapi sejak mengikuti Tuhan, saya merasakan tangan penyelamatan-Nya dalam setiap krisis. Pengalaman-pengalaman ini meyakinkan saya bahwa seluruh jalan hidup saya berada di tangan Tuhan, jadi saya memilih mengikuti-Nya. Segala kemuliaan dan puji syukur saya persembahkan kepada Bapa Surgawi yang mengasihi saya.