林詠聰弟兄 Brother Angus, 梁穎雯姊妹 Sister Natalie
Angus:
Hello everyone, I’m Angus, and this is my wife, Natalie. We are members of Pastor Ho Kit and C-Mo Deborah’s cell group.
Angus:
When I was 4 years old, I experienced my parents’ divorce and abandonment. I was raised by my aunt and longed for love from others to fill the void inside me. It wasn’t until I met Natalie that I felt I had found that missing love. During our courtship, I was very happy, but even after winning her over, I still felt a sense of dissatisfaction. I began having ambiguous exchanges with different women, ignoring her feelings and warnings. We often argued over trivial matters, and during our three years of cohabitation, we frequently broke up and got back together. Later, I developed habits of smoking and drinking, often getting drunk until dawn, which gradually made me colder toward her. Ultimately, I chose to break up with Natalie due to my infidelity.
Natalie:
I grew up in a broken family. My father often used violence to solve problems, my brother was frequently beaten and eventually left home, and my mother attempted suicide because of my father’s infidelity. After my mother passed away, I saw Angus as my only support. When we broke up, I fell into deep depression, crying every day and feeling like I had lost all meaning in life — even contemplating ending it all. During this difficult time, God intervened. My brother and sister-in-law, whom I hadn’t contacted in years, reached out to me and brought me back to 611. After returning to church, I felt moved during worship and found peace in my heart. The lyrics of the songs helped release my negative emotions, and step by step, God led me out of the valley of despair. A few months later, I was baptized at the beach, officially dedicating my life to God, which brought me closer to Him within my spiritual family.
After my baptism, I discovered I was pregnant. At that moment, I didn’t know how to face it. I didn’t want my child to repeat my life — growing up in a single-parent family — nor did I want my child to have an inadequate father. I thought about not keeping the baby and began to harbor resentment toward Angus. After discussing with my family and cell leaders, I decided to summon the greatest courage to keep the baby, believing it was a gift from God that I needed to cherish. I felt I should let the baby’s father know, but I realized I had completely lost faith in Angus and our relationship. The wounds seemed impossible to forget, so I mentally prepared myself to be a single mother.
Angus:
After learning that Natalie was pregnant, I deeply regretted my past actions — abandoning and deceiving her. I truly wanted to reconcile, but I was afraid of rejection. Still, I gathered the courage to contact Natalie’s brother and sister-in-law to express my desire to reconcile and marry her. They saw my remorse and encouraged me to return to church with them. I agreed and returned to 611, making a commitment that same day. Two months later, I decided to get baptized. When Natalie saw my sincere repentance, she was willing to accept me again, though we did not live together at that time.
After accepting the Lord, I realized I needed to equip myself and change my previous wrong worldview. A particularly impactful moment was during the “Sower Course,” where I first felt filled with the Holy Spirit. Memories of my betrayal and deception toward Natalie flooded my mind, causing me to cry in front of everyone. The Holy Spirit completely released my guilt and struggles, giving me strength to repent. I am also grateful that God helped me successfully quit my 10-year smoking and drinking habits, transforming my life entirely.
Natalie:
I truly saw a change in Angus. God also gave me the strength and courage to forgive him and rebuild our relationship. Angus proposed to me again in front of our brothers and sisters when our child was already one year old. I thank God for blessing us with a complete family. We made a covenant before God and entered into marriage.
Angus:
God not only blessed our marriage but also my work. I am still in the restaurant industry, but instead of working long hours until dawn, I now leave work at 6 PM, have dinner with my family every day, and take holidays during all festivals. I have more time to spend with my wife and children. Additionally, God restored our relationship with our parents, and we now often have meals together. It has been ten years since we married, and our child is almost ten years old.
Natalie:
I am so grateful for God’s intervention in our marriage, allowing us to rebuild mutual trust, patience, and tolerance. I have become a supportive partner behind my husband, and he has been transformed into a true teammate by God. God has also blessed us with a home of grace and helped us choose a very suitable school for our son, allowing him to enjoy every day at school.
Angus & Natalie
All glory and praise be to our Heavenly Father!
Angus:
Halo semuanya, saya Angus, dan ini istri saya, Natalie. Kami adalah anggota dari kelompok sel Pendeta Ho Kit dan C-Mo Deborah.
Angus:
Waktu saya berusia 4 tahun, saya mengalami perceraian dan pengabaian dari orang tua saya. Saya dibesarkan oleh bibi saya dan sangat merindukan kasih dari orang lain untuk mengisi kekosongan di hati saya. Hingga saya bertemu dengan Natalie, saya merasa sudah menemukan cinta yang selama ini saya cari. Saat masa pendekatan, saya sangat bahagia, tetapi meskipun dia menerima saya, saya tetap merasa ada yang kurang. Saya mulai berhubungan keraguan dengan perempuan lain, mengabaikan perasaan dan peringatan dari Natalie. Kami sering bertengkar karena hal-hal kecil, dan selama tiga tahun tinggal bersama, kami sering putus dan kembali lagi. Kemudian, saya mulai merokok dan minum-minuman keras, sering mabuk sampai pagi, yang perlahan membuat saya semakin dingin padanya. Akhirnya, saya memutuskan untuk putus dari Natalie karena saya berselingkuh.
Natalie:
Saya tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh. Ayah sering menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah, kakak saya sering dipukul dan akhirnya pergi dari rumah, dan ibu saya pernah mencoba bunuh diri karena perselingkuhan ayah. Setelah ibu meninggal, saya melihat Angus sebagai satu-satunya sandaran saya. Saat kami putus, saya jatuh ke dalam depresi berat, menangis setiap hari dan merasa seperti kehilangan semua arti hidup — bahkan sempat memikirkan untuk mengakhiri hidup. Di masa sulit itu, Tuhan campur tangan. Kakak dan ipar saya, yang sudah lama tidak saya hubungi, menghubungi saya kembali dan mengajak saya ke gereja 611. Setelah kembali ke gereja, saya merasa tersentuh saat beribadah dan menemukan kedamaian di hati saya. Lirik-lirik lagu pujian membantu saya melepaskan emosi negatif, dan perlahan-lahan, Tuhan memimpin saya keluar dari lembah keputusasaan. Beberapa bulan kemudian, saya dibaptis di pantai dan secara resmi menyerahkan hidup saya kepada Tuhan, sehingga saya merasa lebih dekat dengan-Nya dalam keluarga rohani saya.
Setelah dibaptis, saya mengetahui bahwa saya hamil. Saat itu, saya bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Saya tidak ingin anak saya mengulang hidup saya — tumbuh dalam keluarga dengan satu orang tua — dan saya juga tidak ingin anak saya memiliki ayah yang tidak memadai. Saya berpikir untuk tidak mempertahankan janin itu dan mulai menyimpan rasa marah dan dendam terhadap Angus. Setelah berdiskusi dengan keluarga dan pemimpin sel, saya memutuskan untuk mengumpulkan keberanian terbesar saya dan memutuskan untuk mempertahankan bayi itu, karena percaya bahwa itu adalah anugerah dari Tuhan yang harus saya syukuri. Saya merasa harus memberi tahu ayah dari bayi itu, tetapi saya sadar bahwa saya sudah kehilangan kepercayaan pada Angus dan hubungan kami. Luka-luka itu tampaknya tak tersembuhkan, jadi saya mempersiapkan diri secara mental untuk menjadi ibu seorang diri.
Angus:
Setelah mengetahui bahwa Natalie hamil, saya sangat menyesal atas semua kesalahan saya di masa lalu — mengabaikan dan menipu dia. Saya benar-benar ingin berdamai, tapi saya takut ditolak. Meski begitu, saya memberanikan diri untuk menghubungi kakak dan ipar Natalie, menyampaikan niat saya ingin memperbaiki hubungan dan menikahi dia. Mereka melihat penyesalan saya dan mendorong saya untuk kembali ke gereja bersama mereka. Saya setuju dan kembali ke 611, membuat komitmen di hari yang sama. Dua bulan kemudian, saya memutuskan untuk dibaptis. Saat Natalie melihat penyesalan saya yang tulus, dia bersedia menerima saya lagi, meskipun saat itu kami belum tinggal serumah.
Setelah menerima Tuhan, saya menyadari bahwa saya perlu memperlengkapi diri dan mengubah pola pandang yang salah. Momen yang sangat berkesan bagi saya adalah saat mengikuti kursus “Nenabur,” di mana saya pertama kali merasa dipenuhi oleh Roh Kudus. Kenangan akan pengkhianatan dan penipuan terhadap Natalie memenuhi pikiran saya, dan saya tak mampu menahan tangis di depan semua orang. Roh Kudus membebaskan rasa bersalah dan pergumulan saya, memberi kekuatan untuk bertobat. Saya juga bersyukur Tuhan membantu saya berhenti merokok dan minum selama 10 tahun, sehingga hidup saya benar-benar berubah total.
Natalie:
Saya benar-benar melihat perubahan yang nyata dalam diri Angus. Tuhan juga memberi saya kekuatan dan keberanian untuk memaafkannya dan membangun kembali hubungan kami. Angus melamar saya lagi di depan saudara-saudara kami ketika anak kami sudah berusia satu tahun. Saya bersyukur kepada Tuhan karena memberi kami sebuah keluarga yang lengkap. Kami membuat perjanjian di hadapan Allah dan menikah.
Angus:
Tuhan tidak hanya memberkati pernikahan kami, tetapi juga pekerjaan saya. Saya tetap bekerja di industri restoran, tapi sekarang saya bisa pulang pukul 6 sore, makan malam bersama keluarga setiap hari, dan merayakan hari libur bersama. Saya punya lebih banyak waktu untuk keluarga. Selain itu, Tuhan memulihkan hubungan saya dengan orang tua saya, dan sekarang kami sering makan bersama. Sudah sepuluh tahun sejak kami menikah, dan anak kami hampir berusia sepuluh tahun.
Natalie:
Saya bersyukur atas campur tangan Tuhan dalam pernikahan kami, sehingga kami bisa membangun kembali kepercayaan, kesabaran, dan toleransi satu sama lain. Saya menjadi pasangan yang mendukung di belakang suami saya, dan dia pun telah berubah menjadi rekan sejati yang dipimpin oleh Tuhan. Tuhan memberkati kami dengan rumah yang penuh kasih karunia dan turut membantu kami memilih sekolah terbaik untuk anak kami, agar dia bisa menikmati setiap hari di sekolah.
Angus & Natalie:
Segala kemuliaan dan pujian kami persembahkan hanya bagi Bapa Surgawi!